Sejarah

Tahun 1949, tiba di Bumi Khatulistiwa, enam pastor Muda dari Taiwan atas undangan Vikaris Apostolik Mgr. Tarsisius Van Valenberg, Ofm Cap (1934-1957), untuk membantu karya pastoral khususnya di tengah masyarakat Tionghoa pada waktu itu. Mereka adalah Pastor Lie CDD, Pastor Chang CDD, Pastor Chow CDD, Pastor Ma CDD, Pastor Pian CDD, dan Pastor Chu CDD.

Pada tahun 1950,mereka mendirikan Sekolah Menengah Pontianak ( Pontianak Middle School atau PMS ) setingkat SMP, berbahasa Mandarin, di jalan Cempaka, di depan Gereja Katedral (sekarang menjadi Jalan Ir. Juanda). Sekolah inilah yang menjadi cikal bakal sekolah sekarang. Mereka mendorong umat Katolik maupun simpatisan untuk membangun sekolah yang dapat diandalkan untuk memenuhi harapan atau kebutuhan masyarakat pada waktu itu.

Dengan semangat yang tinggi dan kerjasama yang baik, mereka berhasil membangun sekolah yang kokoh, bukan hanya bangunan fisik melainkan terutama semangat pengabdian yang mengedepankan "Pendidikan Sebagai Sarana Pemberdayakan dan Pemanusiawian Harkat Martabat Manusiawi", khususnya harapan kaum muda yang menjadi harapan keluarga dan bangsa.

Lahirnya Kunzhong Tingkat Menengah (PMS) adalah karena harapan masyarakat akan sebuah sekolah yang dapat menjamin pendidikan putera-puterinya. Maka pada tanggal 20 Juni 1950, atas kerjasama pastor dan masyarakat ditambah dengan bantuan dari para dermawan, harapan tersebut menjadi kenyataaan, Kunzhong lahir ditengah-tengah mereka. Lahirnya Kunzhong tersebut diberitakan secara resmi di harian Tjeng Pao Pontianak pada tanggal 26 Juni 1950.

Dengan lahirnya Kunzhong di Pontianak, maka masyarakat mendapatkan tepat yang baik untuk mengembangkan diri. Di pihak lain, Pastor Serikat Murid-Murid Tuhan melihat lembaga ini sebagai tempat pelayanan. Dengan dilandasi semangat Cinta Kasih, Kunzhong bertekad untuk selalu siap sedia berpartisipasi membangun manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila.

Enam tahun kemudian, tepatnya tahun 1956, berdirilah Pontianak High School (PHS), setingkat SMA dan masih menggunakan bahasa mandarin sebagai bahasa pengantar. Pada tahun 1958, PMS dan PHS menjadi sekolah nasional, dan bahasa pengantarnya pun beralih ke bahasa Indonesia. Pengelolaan sekolah diserahkan kepada yayasan PERUM dan nama sekolah pun ikut berubah menjadi SMP-SMA Kalimantan hingga tahun 1964.

Pada tahun 1964, berdirilah Yayasan Pendidikan Kalimantan yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat pencinta pendidikan, dan alumni PMS/PHS. Sejak tahun ini, nama SMP-SMA Kalimantan berubah lagi menjadi SMP-SMA Katolik Santu Petrus hingga sekarang.

SMP-SMA Katolik Santu Petrus pada awalnya berada dibawah satu kepemimpinan, namun pada tahun 1963-1964 sempat terpecah, dan kemudian bersatu kembali dari tahun 1964 sampai tahun 1998. Sejak tahun 1998, SMP dan SMA berpisah di bawah kepemimpinan tersendiri.

Sampai sekarang, sekolah ini masih mendapat dukungan dan tempat di hati masyarakat Pontianak khususnya : masih terus dikembangkan dan ditingkatkan sesuai perkembangan oleh generasi penerus, pastor CDD asal Indonesia, didukung para pengurus Yayasan yang kebanyakan adalah alumni Kunzhong sendiri.